Sering kita mendengar bahwa hidup pada zona nyaman
terkadang melenakan dan membuat seseorang yang ada di dalamnya mempunyai jiwa
juang yang kecil. Ada masalah sedikit, bingung. Mendapat cobaan yang kecil,
udah kayak kebakaran jenggot. Dikasih beban sedikit berat, keluhannya
panjangnya melebihi rel kereta. Dan masih banyak hal-hal lain yang mungkin bagi
orang-orang yang terbiasa pada zona yang kurang nyaman, itu hanyalah masalah
sepele yang tak perlu dibesar-besarkan.
Memang, pada dasarnya besar kecilnya sebuah
masalah, rumit atau sederhanya sebuah masalah tergantung bagaimana seseorang
menyikapi hal tersebut. Masalah yang kecil bagai satu orang, bisa jadi menjadi
sebuah masalah yang besar bagi orang lain. Atau masalah yang rumit bagi
seseorang, bisa juga hanya sebuah masalah kecil yang tak perlu dipikirkan dan
dianggap sebagai angin lalu saja. Lalu, bagaimana menjadikan semua masalah yang
datang pada kehidupan kita hanya sebagai angin lalu saja?
Salah satu cara yang bisa kita lakukan adalah
positive thinking. Yups..hanya dua kata yang saya kira sangat mudah bagi kita untuk
mengucapkannya bahkan kadang menjadi senjata kita ketika menasehati orang lain
yang sedang kedatangan tamu, bernama masalah. Namun, satu pertanyaan untuk kita
semua, sudah sejauh manakah hal itu kita lakukan dalam kehidupan kita?
Selalu berpikir positif dalam setiap berhadapan
dengan masalah – masalah yang hinggap pada diri kita memang bukanlah hal yang
gampang. Yups…sekali lagi bukan perkara GAMPANG. Seperti yang terjadi pada saya
di hari ini.
Jumat pagi adalah jadwal kajian pekanan bagi semua
pengajar perempuan. Topik pagi ini
tentang positive thinking yang
dikaitkan dengan rasa positif yang harus kita punyai di setiap doa dan permohonan
yang kita minta kepada Allah. Topik yang sengaja dipilih oleh umi
(red:ustadzah) karena pekan depan beliau akan berangkat umroh dan memberikan
kesempatan kepada kita untuk “nitip” doa. Obrolan tentang positive thinking ini dimulai dari kisah umi yang sudah beberapa
kali mempraktekan sikap positive thinking
dalam doa dan aktivitas kehidupannya. Salah satu contohnya adalah ketika
beliau diberikan kesempatan untuk berkunjung ke baitullah. Pada saat itu,
beliau ingin sekali dekat dengan ka’bah dan memegangnya. Namun, dengan jumlah
jamaah haji yang begitu banyak, kemungkinan itu sangat kecil. Beliau sempat
kecewa dan sedih ketika hingga hari terakhir di kota itu, tak kunjung bisa
memenuhi keinginannya untuk bisa menyentuh langsung Baitullah. Akan tetapi, beliau
mempunyai keyakinan bahwa suatu saat Allah akan memberikan kesempatan itu. Dan
subhanallah, keesokan harinya di hari terakhir di kota Makkah, umi mendapatkan
kesempatan untuk thawaf di jarak yang begitu dekat dengan Ka’bah, bahkan beliau
bisa memegang hajar aswad secara langsung, suatu hal yang sangat beliau
inginkan. Rasa kekecewaan itupun tertutup sudah, lewat sebuah perilaku untuk
senantiasa berpikir positif atas segala apa yang kita alami. Berpikir positif
atas setiap episode kehidupan yang Allah berikan kepada kita. Berpikir positif
atas setiap doa yang kita panjatkan. Bagaimana mungkin Allah akan mengabulkan
doa kita, ketika kita sendiri tidak yakin atasNya.
Positive thinking
sejatinya mampu membuat kita jauh lebih tenang dan legowo dalam menjalani hidup. Coba kita renungi, apa yang selama
ini membuat kita susah tidur,galau,marah-marah nggak jelas..ya, semuanya
disebabkan karena pikiran kita yang terlanjur over dosis dengan segala rasa takut dan negative thinking pada episode perjalanan hidup kita. Cobalah kita
sedikit lebih rileks dalam menghadapinya, belajar memahami hakekat dari setiap
peristiwa yang Dia hadirkan dalam hidup kita, pasti perasaan kita pun akan jauh
lebih tenang..
Dan subhanallah….pasca materi itu, Allah pun
langsung mengajak saya ke menyelami arti sesungguhnya dari kata positive thinking. Di akhir materi,
sebelum saya pulang, ada seorang pengajar yang menepuk pundak saya. Seketika saya
pun menengok dan beliau pun bertanya, “mba syakiroh ya?”
“iya, ada apa mba?” jawab saya.
“mba, dari bogor yang mau tukeran sama saya ke jakarta ya?”
“wew…”,saya pun kaget bercampur bingung. Kaget kenapa tiba-tiba ada
judgement kalau saya mau pindah jakarta, bingung karena saya nggak tahu jawaban
apa yang seharusnya saya berikan.
“iya,saya sudah bilang sama pak s***** dan pak s***** , katanya nanti
bisa tukeran sama ibu…”
“nah lho….kapan bapak-bapak berdua itu tanya dan konfirmasi ke saya?”
gumam saya dalam hati, tetap tak bisa menjawab pertanyaan si mba itu.
“iya, nanti kalo ibu mau, kalau misal nggak mau, ya berarti nanti saya
keluar,” tambah si mba dengan mimik wajah mulai berubah.
“oh, my God…bakal jadi ramai kalau ujungnya seperti itu dan si anak
bawang (red: saya) sudah dipastikan akan menjadi banyak omongan orang,
gara-gara si kecil tak patuh pada permintaan senior.” Sekian banyak pikiran pun
mulai berkecamuk, bahkan dalam perjalanan pulang ke bogor pun, saya lebih
banyak terdiam. Bagaimana tidak, baru satu bulan, saya mulai berkenalan dengan
kata betah dan nyaman di kota hujan ini setelah melewati satu bulan masa kritis
adaptasi dan kini saya diminta untuk pindah dari kota ini??....Ya Rabbi…..Namun,
pada akhirnya saya mencoba berdamai pada pikiran saya sendiri. Toh,keputusan
itu belum terjadi. Masih ada banyak kemungkinan, walaupun saya tahu bahwa kemungkinan
itu kecil, namun saya berharap apapun keputusannya nanti, itu yang terbaik
untuk semua…
Bismillah…..perjalanan pembelajaran positive thinking pun dimulai...siap bergerak menuju zona tak nyaman...
Always
smiling….God Always Listening And Understanding…
You know the
best place for us….
0 comments:
Post a Comment